Penurunan Daya Beli Tantangan Bagi Industri Perbankan
Industri perbankan Indonesia menghadapi tantangan penurunan daya beli masyarakat, khususnya pada segmen kelas menengah. Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menyampaikan bahwa tanda-tanda penurunan daya beli masyarakat tercermin dari dampak inflasi pada konsumsi bahan pangan bergejolak. Hal ini berujung pada perlambatan laju pertumbuhan kredit konsumsi.
Data Mandiri Spending Index pada Mei 2024 memperkuat pandangan ini, menunjukkan penurunan indeks belanja kelas menengah ke level 122 dan indeks tabungan ke level 94,2. Andry Asmoro mengimbau perbankan untuk menyusun strategi khusus guna mengatasi tantangan tersebut.
“Perbankan perlu mengidentifikasi sektor-sektor dengan potensi pertumbuhan yang baik untuk mitigasi risiko yang efektif,” ujar Andry pada 14 Mei 2024.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kredit konsumsi mengalami pertumbuhan paling lambat di antara segmen kredit lainnya per Maret 2024, hanya 10,22% YoY. Padahal, pertumbuhan kredit secara keseluruhan mencapai 12,4%.
Noviady Wahyudi, Direktur Konsumer CIMB Niaga, mengakui tantangan yang dihadapi kredit konsumer, baik untuk kredit properti maupun kendaraan bermotor. Bank perlu menyusun strategi khusus.
Kredit konsumer CIMB Niaga pada kuartal I-2024 tumbuh 6,9% YoY menjadi Rp 72,87 triliun. Meski mengalami penurunan dari pertumbuhan 9,4% YoY pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Noviady menyoroti bahwa kredit properti menjadi yang paling tertekan. Hal ini disebabkan oleh pergeseran preferensi nasabah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari investor ke konsumen yang membutuhkan rumah pertama.
“Investor kesulitan menyewakan properti dan beralih ke investasi yang lebih likuid,” jelas Noviady.