NATO Bangun Benteng Drone untuk Perkuat Pertahanan Perbatasan
Jakarta – Memanasnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah mendorong negara-negara anggota NATO untuk menciptakan sistem pertahanan udara canggih menggunakan kendaraan udara nirawak (UAV) atau drone. Benteng drone ini akan membentang dari Norwegia hingga Polandia.
Selain menjaga perbatasan, sistem anti-drone juga akan digunakan untuk mencegah provokasi dari negara-negara musuh. Finlandia, Norwegia, Polandia, dan negara-negara Baltik lainnya telah bersepakat untuk membentuk benteng drone ini.
“Ini adalah sesuatu yang benar-benar baru dan tujuannya adalah menggunakan drone dan teknologi lainnya untuk melindungi perbatasan kita dari provokasi negara-negara yang tidak bersahabat dan untuk mencegah penyelundupan,” kata Menteri Dalam Negeri Lituania, Agnė Bilotaitė.
Khusus Lituania, negara tersebut telah menyusun rencana untuk meningkatkan perlindungan perbatasannya dengan bantuan drone. Dinas Penjaga Perbatasan Negara Lituania telah membentuk unit UAV dan sedang dalam proses memperoleh drone tambahan serta sistem anti-drone.
Dengan bantuan para ahli, otoritas nasional negara-negara lain akan merancang rencana pengembangan benteng drone ini. Meskipun belum ada batas waktu spesifik yang ditetapkan, Bilotaitė menyarankan agar dana Uni Eropa dapat digunakan untuk pembangunannya.
Menteri Dalam Negeri Estonia, Lauri Laanemets, mengungkapkan rencana untuk mengelola perbatasan timur dengan teknologi yang mampu mendeteksi dan menjatuhkan drone. Laanemets menekankan pentingnya menempatkan benteng drone di dalam dan di sekitar kota-kota besar.
“Pengawasan drone dan kemampuan anti-drone sangat penting untuk pencegahan dan melawan aktivitas pengaruh tetangga kita di wilayah timur,” kata Laanemets.
Pembangunan benteng drone ini merupakan upaya negara-negara Baltik untuk menghadapi potensi gangguan stabilitas keamanan oleh Rusia menggunakan drone. Estonia bertekad untuk mempertahankan kedaulatannya karena akses fisik ke wilayahnya menjadi semakin sulit.