Modifikasi Cuaca Mitigasi Bencana Cuaca Ekstrem di Tengah Perubahan Iklim
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memiliki dampak positif dalam menghadapi laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan saat pertemuan bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati.
“Cuaca ekstrem berdampak pada banyak bencana di Indonesia. TMC menjadi salah satu solusi mitigasi saat kondisi terancam,” ujar Dwikorita.
TMC dapat diterapkan untuk memitigasi bencana akibat cuaca ekstrem yang dipicu perubahan iklim. Indonesia pernah mengalami fenomena El Niño yang menyebabkan kekeringan dan kebakaran hutan pada 2015, 2016, dan 2019.
Penurunan permukaan air tanah saat El Niño menciptakan lahan kering dan rawan kebakaran. Benturan dahan pohon alami dapat memicu api. “TMC mengantisipasi kebakaran dengan menyemai awan di lokasi rawan kebakaran. Kami mencatat pengurangan kebakaran hutan hingga 80-90%,” jelas Dwikorita.
Menteri Abdelmonaam Belaati mengapresiasi kemampuan BMKG dalam TMC. Tunisia pernah mengalami kekeringan selama 5-7 tahun yang berdampak pada pasokan air. Kunjungan ke Indonesia bertujuan mencari solusi penerapan TMC secara efektif.
“Tunisia saat ini melakukan desalinasi air laut untuk mengatasi kekurangan air. Kami juga mencari cara pemanfaatan air bekas dan olahan. Modifikasi cuaca menjadi solusi potensial. Kami ingin belajar dari pengalaman Indonesia,” kata Abdelmonaam.
Pertemuan tersebut diharapkan dapat memperkuat kerja sama dalam pengembangan dan penerapan teknologi TMC untuk mitigasi bencana cuaca ekstrem di masa mendatang.