Pemuda Berperan Aktif dalam Membangun Sistem Pangan Berkelanjutan
Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) dan lembaga lainnya meluncurkan program Youth Food Systems Dialogue and Movement untuk memberdayakan anak muda dalam memperkuat sistem pangan lokal.
Program ini melibatkan komunitas pemuda di Bogor, Yogyakarta, Sumba Timur, dan Papua untuk melakukan riset, dokumentasi, dan diskusi tentang pangan lokal. Tujuannya adalah untuk mengatasi masalah kelaparan dan krisis pangan dengan mendorong perubahan dalam sistem pangan.
Menurut Kepala CTSS IPB, Damayanti Buchori, program ini sangat penting karena semakin sedikit anak muda yang tertarik pada sektor pertanian. Selain itu, ancaman krisis iklim dan hilangnya pengetahuan serta sistem pangan lokal juga menjadi tantangan yang harus diatasi.
Erna Linda Ndakulara, peserta program dari Sumba Timur, menyoroti pentingnya keterlibatan pemuda dalam menjaga kearifan dan pangan lokal. “Sebagai anak muda, kita harus peka dan terus bersuara tentang ini,” ujarnya.
Dalam budaya Sumba Timur, terdapat konsep kearifan pangan seperti Mandara (berbagi pangan), Balang (penyimpanan pangan), dan Uhu Tanga Watin (ritual pangan). Konsep serupa juga ditemukan di suku-suku lain di Indonesia.
Orva Novita Yosua, peserta dari Papua, mengkhawatirkan ancaman terhadap pangan lokal. “Anak muda semakin tidak tertarik pada isi pangan lokal karena dianggap ketinggalan zaman,” katanya. Oleh karena itu, ia percaya bahwa sistem pangan lokal harus dipertahankan untuk menjamin ketahanan pangan dan keberlanjutan hidup.
Program Youth Food Systems Dialogue and Movement diharapkan dapat mendorong anak muda untuk berperan aktif dalam memperkuat sistem pangan berlandaskan pengetahuan lokal. Dengan demikian, ketahanan pangan dan kelestarian pangan lokal di Indonesia dapat terjaga.